Sepakbola Bercerita
31 Juli 2012
Hiatus
Sibuk banget belakangan ini, jadi ga sempet blogging. hehe20x
moga beberapa hari kedepan ada entry baru.
18 April 2011
Saat analis olahraga dipersalahkan ?
Saya tersentak saat membuka email di siang bolong, dan melihat ada pemberitahuan tentang komentar terbaru di salah satu tulisan blog ini.
"memang orang Indonesia bisanya cm omdong alias omong doank, bahkan komentator di teve merasa lebih pintar dibanding pelatih nya klub yg dikomentari."
Begitu kutipannya.
Komentar yang aneh.
Mungkin beliau belum pernah dengar istilah Sport Analyst. Di luar sana jika tidak lelah menggunakan Google, ada banyak blog-blog tentang olahraga yang bertebaran. Berasal dari mana saja pembuat blog tersebut ? Indonesia ? bukan, mereka bukan berasal dari Indonesia saja. Ada yang dari Italia, dari Inggris, dari Amerika, dan sebagainya. Sudah mengerti ? Semoga.
Kalau belum, coba lah baca blog-blog orang luar negeri, baca saja artikel-artikel di ESPN, atau disitus mana saja, jika saya sotoy, maka mereka juga sotoy. Mereka bukan pesepakbola, neither me, jadi menurut logika pengkritik diatas, tulisan-tulisan dan analisa sepakbola tidak seharusnya ada, karena mereka bukan pelakon sebenarnya dari apa yang ditulis. Kalau begitu, mati saja lah pemandu bakat, mereka kebanyakan bukan mantan pemain, tapi kenapa mereka menganalisa setiap bulir keringat bakat pemain untuk dilaporkan kepada bosnya ? Kenapa bukan sesama pemain saja yang mendapat tugas scouting ?
Jika mengikuti gaya si pengeritik, maka saya juga bisa katakan sebagai berikut;
"Lihatlah karakter manusia, mereka tidak pernah puas ! Di Indonesia, komentator dipersalahkan, dan mereka mengagungkan komentator luar, padahal, di luar negeri, justru orang sana sering menyalahkan komentator mereka juga. Inilah manusia, mereka tidak pernah puas dalam segalanya !"
tapi tidak demikian, saya sadar diri. Saya manusia.
Sekarang coba lihat lagi lebih dekat komentar dari orang yang membuat saya menulis artikel ini. Bisa ditemukan kontradiksinya ? Iya, coba lihat saja, dia berceloteh jika komentator di Indonesia merasa sok lebih pintar daripada para pelatih, tapi lihatlah, dia yang cuma berpangku tangan di depan TV, merasa sok lebih pintar daripada para komentator tersebut ! Disaat komentator tersebut dapat duit dari pekerjaan tersebut, malah dia bermuka masam dan misuh-misuh ! Betapa sedihnya.
Memang seorang penulis punya banyak sekali resiko, salah satunya, pembaca tidak puas. Namun itu sama sekali tidak bisa dijadikan alasan buat writer untuk tidak menyampaikan apa yang ada dikepalanya secara jujur. Ini hanyalah sebuah blog, anda bisa percaya dan ikuti, bisa juga tidak, karena ini sama sekali bukan ayat suci yang wajib dirapalkan dan diamalkan.
Saya sombong karena tidak mau menerima kritik ? Terimakasih atas pujiannya, tapi ini blog saya, saya berhak mengatakan apapun, bukan dengan cara malu-malu, tapi sebagai seorang laki-laki. Hitam adalah hitam dan putih adalah putih.
Mungkinkah ini memang gaya (lagi-lagi menyalahkan) orang Indonesia yang gemar menyalahkan orang sendiri ? Kalimat yang disertai dengan pakem baku seperti "Inilah tipikal orang Indonesia" sudah menjadi sederet kata yang menjadi terlalu sering digunakan dan salah kaprah. Mereka yang mengatakan seperti itu, tidak sadar jika sebenarnya hal yang dipermasalahkan tersebut juga terjadi di luar negeri, alih-alih malah menyalahkan kaum sendiri.
Buka cakrawala, lihat disekeliling kalian sebelum berkomentar lumuran sekat.
"memang orang Indonesia bisanya cm omdong alias omong doank, bahkan komentator di teve merasa lebih pintar dibanding pelatih nya klub yg dikomentari."
Begitu kutipannya.
Komentar yang aneh.
Mungkin beliau belum pernah dengar istilah Sport Analyst. Di luar sana jika tidak lelah menggunakan Google, ada banyak blog-blog tentang olahraga yang bertebaran. Berasal dari mana saja pembuat blog tersebut ? Indonesia ? bukan, mereka bukan berasal dari Indonesia saja. Ada yang dari Italia, dari Inggris, dari Amerika, dan sebagainya. Sudah mengerti ? Semoga.
Kalau belum, coba lah baca blog-blog orang luar negeri, baca saja artikel-artikel di ESPN, atau disitus mana saja, jika saya sotoy, maka mereka juga sotoy. Mereka bukan pesepakbola, neither me, jadi menurut logika pengkritik diatas, tulisan-tulisan dan analisa sepakbola tidak seharusnya ada, karena mereka bukan pelakon sebenarnya dari apa yang ditulis. Kalau begitu, mati saja lah pemandu bakat, mereka kebanyakan bukan mantan pemain, tapi kenapa mereka menganalisa setiap bulir keringat bakat pemain untuk dilaporkan kepada bosnya ? Kenapa bukan sesama pemain saja yang mendapat tugas scouting ?
Jika mengikuti gaya si pengeritik, maka saya juga bisa katakan sebagai berikut;
"Lihatlah karakter manusia, mereka tidak pernah puas ! Di Indonesia, komentator dipersalahkan, dan mereka mengagungkan komentator luar, padahal, di luar negeri, justru orang sana sering menyalahkan komentator mereka juga. Inilah manusia, mereka tidak pernah puas dalam segalanya !"
tapi tidak demikian, saya sadar diri. Saya manusia.
Sekarang coba lihat lagi lebih dekat komentar dari orang yang membuat saya menulis artikel ini. Bisa ditemukan kontradiksinya ? Iya, coba lihat saja, dia berceloteh jika komentator di Indonesia merasa sok lebih pintar daripada para pelatih, tapi lihatlah, dia yang cuma berpangku tangan di depan TV, merasa sok lebih pintar daripada para komentator tersebut ! Disaat komentator tersebut dapat duit dari pekerjaan tersebut, malah dia bermuka masam dan misuh-misuh ! Betapa sedihnya.
Memang seorang penulis punya banyak sekali resiko, salah satunya, pembaca tidak puas. Namun itu sama sekali tidak bisa dijadikan alasan buat writer untuk tidak menyampaikan apa yang ada dikepalanya secara jujur. Ini hanyalah sebuah blog, anda bisa percaya dan ikuti, bisa juga tidak, karena ini sama sekali bukan ayat suci yang wajib dirapalkan dan diamalkan.
Saya sombong karena tidak mau menerima kritik ? Terimakasih atas pujiannya, tapi ini blog saya, saya berhak mengatakan apapun, bukan dengan cara malu-malu, tapi sebagai seorang laki-laki. Hitam adalah hitam dan putih adalah putih.
Mungkinkah ini memang gaya (lagi-lagi menyalahkan) orang Indonesia yang gemar menyalahkan orang sendiri ? Kalimat yang disertai dengan pakem baku seperti "Inilah tipikal orang Indonesia" sudah menjadi sederet kata yang menjadi terlalu sering digunakan dan salah kaprah. Mereka yang mengatakan seperti itu, tidak sadar jika sebenarnya hal yang dipermasalahkan tersebut juga terjadi di luar negeri, alih-alih malah menyalahkan kaum sendiri.
Buka cakrawala, lihat disekeliling kalian sebelum berkomentar lumuran sekat.
28 September 2009
Keanehan Giornata 6 Serie A
Agak aneh ? Sebanyak 4 pertandngan berakhir dengan skor 1-1..
tercatat ada 2 klub yang mengalami perlakuan buruk dari wasit, Juventus dan Lazio.
ada apa ya ? hehe20x.
19 September 2009
Salut Lotito
Keputusan Claudio Lotito membekukan status Cristian Ledesma dan Goran Pandev memang mengernyitkan dahi kita. Kedua pemain ini mungkin masih tergolong pemain-pemain terbaik Lazio saat ini, namun pernyataan keinginan mereka untuk meninggalkan Lazio pada akhir musim lalu turut berperan penting atas sikap tegasnya Lotito. Memang sejak awal sesi transfer awal musim ini Lazio berniat menjual mereka, tapi ternyata tidak ada satupun tawaran resmi yang menggoda Lazio, alhasil, sampai sesi Transfer Window 1 berakhir , Pandev dan Ledesma masih berstatus sebagai pemain Lazio.
Lotito ternyata tidak mau memaafkan mereka dan kemudian dia mengintervensi pelatih Davide Ballardini untuk tidak memakai jasa kedua pemain ini. Lotito pun menuai kritikan oleh Laziale maupun para pemerhati sepakbola.Namun, saya sangat mendukung langkah Lotito ini. Bukan klub yang membutuhkan pemain, tapi pemain yang membutuhkan klub. Lotito juga masih tergolong waras jika dibandingkan Maurizio Zamparini, presiden Palermo yang sering menelurkan perilaku-perilaku aneh.
Coba kita runut kebelakang, Lazio tidak pernah berusaha menjual pemain yang masih bangga untuk mengenakan lambang Lazio didada, meski pemain itu sudah tidak mampu memberikan performa maksimal untuk Lazio, seperti Simone Inzaghi,Stephen Makinwa dan Cristian Manfredini, ataupun pemain yang tidak berhasil mendapat tempat di tim utama, seperti Lucas Correa atau Alberto Quadri, kerap dipinjamkan keluar,tanpa pernah dijual.Contoh paling sahih, kini Roberto Baronio berstatus sebagai salah satu wakil kapten Lazio, padahal di setiap musimnya dia selalu dipinjamkan keluar, namun karena Baronio punya determinasi kuat untuk Lazio, Lazio musim ini mau memberikan kesempatan untuk membuktikan dirinya.
Kondisi itu berbanding terbalik untuk mereka yang ingin meninggalkan Lazio dengan menyiratkan tanda tidak setia lagi membela panji Lazio, seperti Valon Behrami, Fabio Liverani, Aparecido Cesar,Giulliano Giannicheda dkk, Lotito sama sekali tidak menghalangi mereka untuk hengkang dari Lazio,padahal mereka pemain kunci Lazio ketika itu.Bagaimana mungkin pemain yang sudah tidak punya hati lagi untuk klubnya, bisa memberi yang terbaik untuk timnya ?
Adapun Lotito selalu berhasil mendatangkan bintang-bintang baru yang tak kalah hebatnya dengan bintang-bintang Lazio terdahulu. Lotito juga telah berhasil membangun cerminan, Lazio bukanlah tim kecil yang bisa didikte oleh pemainnya.
Karakter kuat Lotito itu yang membuat saya semakin yakin Lazio akan kembali ke masa-masa jayanya seperti akhir era 90an, meski jalan itu sekarang masih terjal, Forza Lazio !
Lotito ternyata tidak mau memaafkan mereka dan kemudian dia mengintervensi pelatih Davide Ballardini untuk tidak memakai jasa kedua pemain ini. Lotito pun menuai kritikan oleh Laziale maupun para pemerhati sepakbola.Namun, saya sangat mendukung langkah Lotito ini. Bukan klub yang membutuhkan pemain, tapi pemain yang membutuhkan klub. Lotito juga masih tergolong waras jika dibandingkan Maurizio Zamparini, presiden Palermo yang sering menelurkan perilaku-perilaku aneh.
Coba kita runut kebelakang, Lazio tidak pernah berusaha menjual pemain yang masih bangga untuk mengenakan lambang Lazio didada, meski pemain itu sudah tidak mampu memberikan performa maksimal untuk Lazio, seperti Simone Inzaghi,Stephen Makinwa dan Cristian Manfredini, ataupun pemain yang tidak berhasil mendapat tempat di tim utama, seperti Lucas Correa atau Alberto Quadri, kerap dipinjamkan keluar,tanpa pernah dijual.Contoh paling sahih, kini Roberto Baronio berstatus sebagai salah satu wakil kapten Lazio, padahal di setiap musimnya dia selalu dipinjamkan keluar, namun karena Baronio punya determinasi kuat untuk Lazio, Lazio musim ini mau memberikan kesempatan untuk membuktikan dirinya.
Kondisi itu berbanding terbalik untuk mereka yang ingin meninggalkan Lazio dengan menyiratkan tanda tidak setia lagi membela panji Lazio, seperti Valon Behrami, Fabio Liverani, Aparecido Cesar,Giulliano Giannicheda dkk, Lotito sama sekali tidak menghalangi mereka untuk hengkang dari Lazio,padahal mereka pemain kunci Lazio ketika itu.Bagaimana mungkin pemain yang sudah tidak punya hati lagi untuk klubnya, bisa memberi yang terbaik untuk timnya ?
Adapun Lotito selalu berhasil mendatangkan bintang-bintang baru yang tak kalah hebatnya dengan bintang-bintang Lazio terdahulu. Lotito juga telah berhasil membangun cerminan, Lazio bukanlah tim kecil yang bisa didikte oleh pemainnya.
Karakter kuat Lotito itu yang membuat saya semakin yakin Lazio akan kembali ke masa-masa jayanya seperti akhir era 90an, meski jalan itu sekarang masih terjal, Forza Lazio !
16 September 2009
Roberto Baronio...
Roberto Baronio....
Sebenarnya dari dulu penulis selalu ingin dia menjadi sosok vital lini tengah Lazio.. kenapa penulis menyukai dia ?
alasannya sebagai berikut..
1. Natural Talent..
Ketika penulis menonton dia bermain, maka penulis sadar dia bukan sekedar pemain biasa.
Pergerakannya sangat "smooth" (bahasa saya jika mendapatkan pergerakan yang bagus dari seorang pemain tanpa bisa penulis deskripsikan) ..
kemampuan seperti ini harus bisa dimanfaatkan, dan kemampuan seperti ini sangat sulit dilihat oleh mata biasa..
2. Determinasi seorang juara..
Dia tipe pemain yang tidak akan pernah menyerah pada situasi, seburuk apapun itu.. believe me..
3. Pernah menjadi seorang juara ketika muda..
Pemain inti Italia u21 , dan menyabet gelar pemain muda terbaik Serie A,, what you can expect more.. ?
4. Sense & Passion to play Footbal..
Penulis bisa lihat di matanya dan caranya bermain bola.......
bagi kalian mungkin ini sangat subjektif, namun ini benar-benar objektif..
salam.
Sebenarnya dari dulu penulis selalu ingin dia menjadi sosok vital lini tengah Lazio.. kenapa penulis menyukai dia ?
alasannya sebagai berikut..
1. Natural Talent..
Ketika penulis menonton dia bermain, maka penulis sadar dia bukan sekedar pemain biasa.
Pergerakannya sangat "smooth" (bahasa saya jika mendapatkan pergerakan yang bagus dari seorang pemain tanpa bisa penulis deskripsikan) ..
kemampuan seperti ini harus bisa dimanfaatkan, dan kemampuan seperti ini sangat sulit dilihat oleh mata biasa..
2. Determinasi seorang juara..
Dia tipe pemain yang tidak akan pernah menyerah pada situasi, seburuk apapun itu.. believe me..
3. Pernah menjadi seorang juara ketika muda..
Pemain inti Italia u21 , dan menyabet gelar pemain muda terbaik Serie A,, what you can expect more.. ?
4. Sense & Passion to play Footbal..
Penulis bisa lihat di matanya dan caranya bermain bola.......
bagi kalian mungkin ini sangat subjektif, namun ini benar-benar objektif..
salam.
01 September 2009
21 Juli 2009
Jajaran Striker Manchester City
Manchester City baru saja mendapatkan jasa mantan striker Arsenal , Emmanuel Adebayor.Adebayor dihargai 25 juta poundsterling,jumlah yang lumayan,mengingat ketika Arsenal memutuskan membeli Ade (panggilan akrab Adebayor) , Arsenal hanya perlu mengeluarkan uang sebesar 3 juta poundsterling.
Manchester City jelas punya ambisi kuat untuk ikut bersaing di jalur juara musim depan.Namun sayang,strategi transfer mereka , ditandai dengan datangnya Adebayor , menurut penulis sangat buruk.Saat ini mereka mempunyai 9 striker !
Mereka adalah ..
* Roque Santa Cruz
* Carlos Tevez
* Emmanuel Adebayor
* Felipe Caicedo
* Robinho
* Ched Evans
* Valeri Bojinov
* Craig Bellamy
* Benjani Mwaruwary
Semua striker diatas ,kecuali Ched Evans , tergolong striker inti timnas masing , bahkan mungkin beberapa bisa dibilang ace dari timnas tersebut.
3 striker,yaitu Santa Cruz,Carlos Tevez , dan Adebayor sendiri ,didatangkan pada saat sesi transfer window 1 . Alhasil , prodigy lokal Manchester City, Daniel Sturridge , dan mantan striker timnas Inggris ,Darius Vassel harus mengepak koper mereka ,masing-masing ke Chelsea dan Ankaragucu.
Entah apa yang ada dipikiran Mark Hughes, pelatih Manchester City . Seharusnya dengan uang yang mungkin hampir tidak terbatas, yang disokong oleh Raja Minyak dari Jazirah Arab , Hughes bisa leluasa membangun timnya ,daripada hanya membeli banyak striker.
Misal di sektor bek , atau gelandang serang kreatif . Lihat di Real Madrid,pemain-pemain seperti Rafael Van Der Vaart ,Wesley Sneijder ,Gabriel Heinze dkk masuk dalam transfer list,kenapa Manchester City tidak menginginkan pengalaman dan keahlian mereka ? Malah mereka mengincar John Terry,skipper Chelsea yang harga dan gajinya sangat mahal .
Manchester City mungkin bisa menunjuk seorang Direktur Olahraga yang mengerti akan seluk beluk transfer . Contoh Chelsea, paham mereka punya uang untuk membeli pemain-pemain hebat di seantero Negara , mereka menunjuk Frank Arnesen untuk bertanggung jawab di bagian transfer pemain, yang dikenal banyak menemukan bakat-bakat bagus di dunia sepakbola.
Semoga Mark Hughes tahu apa yang dia lakukan.
*Pict diambil dari = http://www.belfasttelegraph.co.uk/sport/football/premiership/first-tevez-now-manchester-city-chase-adebayor-14404249.html
Langganan:
Postingan (Atom)